Sejarah Singkat Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon Tasikmalaya
Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon berawal dari kegiatan pengajian pemuda yang digagas oleh H. Andi Natamiharja bersama tokoh masyarakat Kampung Pabrik. Setelah melalui berbagai tantangan, para penggagas berhasil mendirikan Masjid Al-Furqon, yang kemudian menjadi pusat kegiatan pendidikan dan dakwah, termasuk berdirinya TK Iqra.
Dorongan masyarakat, tokoh Muhammadiyah, serta wasiat KH. Omo Sukatmo (Alm.) melahirkan gagasan untuk mendirikan lembaga kaderisasi ulama. Pada tahun 1992, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Tasikmalaya menerima wakaf tanah dan bangunan dari keluarga H. Andi untuk pembangunan pesantren. Setelah proses persiapan dan penyusunan kurikulum, PDM menunjuk KH. Taufiq Ali Daud (Alm.) sebagai pimpinan pertama.
Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon resmi beroperasi pada Tahun Pelajaran 1992–1993 dengan santri perdana berjumlah 34 orang. Sejak itu, pesantren terus berkembang melalui dukungan masyarakat, wakaf keluarga pendiri, serta kontribusi alumni.
Kini, di usia lebih dari 31 tahun, Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon telah berkembang menjadi lembaga pendidikan kaderisasi yang menaungi lebih dari 556 santri, dibimbing oleh sekitar 43 pembina. Berbagai fasilitas pendidikan dan asrama terus dibangun, termasuk ruang kelas, asrama putri, laboratorium, aula, ruang publik, dan pembangunan Masjid Putri Siti Walidah.
Hingga kini, pesantren telah meluluskan 25 angkatan alumni yang tersebar di berbagai bidang—pendidikan, kesehatan, keagamaan, militer, kepolisian, wirausaha, dan profesi lainnya. Beberapa alumni kembali mengabdi sebagai pembina, pengajar, dan tenaga profesional pesantren, sekaligus berperan aktif dalam dakwah melalui kerja sama dengan Majelis Tabligh Muhammadiyah.
Riwayat Singkat Pimpinan Pendiri
Pada 1992 beliau dipercaya sebagai Pimpinan pertama Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, memimpin selama tujuh tahun hingga wafat pada 1998. Dedikasinya menjadi fondasi kuat bagi berdirinya pesantren sebagai pusat kaderisasi ulama dan muballigh.